Contoh Kasus
Pelanggaran Kode Etik Akuntansi
Di Amerika Serikat, akuntan yang berpraktek disebut
Certified Public Accountant (CPA), Certified Internal Auditor (CIA) dan
Certified Management Accountant (CMA). Perbedaan jenis sertifikasi adalah dalam
hal jenis-jenis jasa yang ditawarkan, walaupun mungkin hanya satu orang saja
yang memiliki lebih dari satu sertifikat. Sebagai tambahan, banyak pekerjaan
akuntansi yang dikerjakan oleh seseorang tanpa memiliki sertifikasi namun di
bawah pengawasan seorang akuntan bersertifikat.
Sertifikasi CPA dikeluarkan di negara bagian tempat
kedudukan yang bersangkutan yang berupa ijin untuk menawarkan jasa auditing
kepada publik, walaupun kebanyakan kantor akuntan juga menawakan jasa
akuntansi, perpajakan, bantuan litigasi dan konsultansi keuangan lainnya.
Persyaratan untuk mendapat sertifikat CPA bervariasi di antara negara bagian,
namun ujian Uniform Certified Public Accountant diharuskan di setiap negara
bagian. Ujian ini dibuat dan diperiksa oleh American Institute of Certified
Public Accountants.
Sertifikasi CIA dikeluarkan oleh Institute of Internal
Auditors (IIA), yang diberikan kepada kandidat yang lulus dalam empat bagian
ujian. CIA kebanyakan memberikan jasanya kepada pemberi kerja langsung bukan
kepada publik.
Sertifikasi CMA diberikan oleh Institute of Management
Accountants (IMA), yang diberikan kepada kandidat yang dinyatakan lulus dalam
empat bagian ujian dan memenuhi pengalaman praktek tertentu berdasarakan
ketentuan IMA. CMA kebanyakan memberikan jasanya kepada pemberi kerja langsung
bukan kepada publik. CMA juga bisa menawarkan jasanya kepada publik, namun
dengan lingkup yang lebih kecil dibanding CPA.
Biro Statistik Tenaga Kerja (Bureau of Labor Statistics)
dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (United States Department of
Labor) memperkirakan ada sekitar satu juta orang yang bekerja sebagai akuntan
dan auditor di Amerika Serikat. Kantor akuntan the Big Four merupakan kantor
akuntan internasional terbesar didunia yang terdiri dari:
Ø
Price
water house Coopers
Ø
Deloitte
Ø
Ernst
& Young
Ø
KPMG
Kalau ditelusuri, sejarah keempat kantor akuntan terbesar
tersebut berasal dari Eropa, yang sampai saat ini terbentuk dari serangkaian
panjang penggabungan usaha. Price water house
Coopers dan Deloitte didirikan
di Inggris. Ernst & Young
didirikan oleh seorang akuntan dari Skotlandia. KPMG merupakan produk gabungan dari dua kantor besar dari Belgia
dan Belanda. Namun, karena pengaruh ekonomi Amerika Serikat yang sangat
dominan, kantor-kantor cabang the Big Four yang berlokasi di Amerika Serikat
selalu berhasil memperoleh penghasilan yang lebih besar dibanding dengan gabungan
kantor-kantor cabangnya seluruh dunia.
Sebelum terjadinya skandal Enron dan beberapa skandal
akuntansi lainnya, ada lima kantor akuntan terbesar yang dinamakan the Big
Five. Sejak pemisahan bisnis jasa atestasi Arthur Andersen, di Amerika Serikat,
sebagian besar bergabung dengan KPMG, sedangkan di luar Amerika bergabung dengan
Deloitte & Touche, Arthur Andersen keluar dari kelompok itu. Sebelumnya,
pengelompokan kantor akuntan terbesar ini juga dikenal sebagai the Big Six dan
the Big Eight.
Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi
terbesar di AS yang berdiri sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini
memiliki reputasi sebagai kepercayaan, integritas dan etika yang penting bagi
perusahaan yang di bebani auditing secara independen dan melaporkan laporan-laporan
perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung keputusan investasi
Di masa-masa awalnya, Andersen memiliki standar-standar
profesi akuntansi dan mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada
kekuatan-kekuatan integritasnya. Arthur Andersen pernah menjadi model sebuah
karakter teguh hati dan integritas yang merupakan profesionalitas dalam
akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar membuka skandal-skandal besar
yang membuat firma akuntansi ini tutup. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan Segelintir Kasus yang Membuat Keruntuhan Andersen
·
Kebangkitan Andersen
Ketika Leonard Spacek bergabung
di tahun 1947, ia mulai mengembangkan jasa konsultan kepada klien-klien besar.
Selama rentang waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi Andersen menjadi lebih
menguntungkan dari pada usaha aslinya.
Di Andersen, pertumbuhan menjadi
prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan mempertahankan klien-klien besar
berdampak pada kualitas dan independensi audit. Fokus pada pertumbuhan ini
menghasilkan perubahan yang mendasar pada budaya perusahaan.
Bisnis konsultasi Andersen
menjadi yang tercepat pertumbuhannya dan paling menguntungkan dan paling
berkembang pesat di dunia. Banyak yang meninjaunya sebagai model sukses yang
ditiru frima-firma lainnya. Tetapi model ini menjadikan Securities and Exchange
Commission (SEC) memberikan peringatan berkaitan independensi auditing. Ketua
SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan aturan-aturan baru untuk membatasi
layanan di luar audit. Tetapi saran ini ditolak Andersen.
Tahun 1999 Andersen memisahkan
fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun seringkali strategi ini menjadikan
persaingan di antara kedua unit yang cenderung melemahkan dan memicu
kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot, merintangi kemampuan perusahaan
untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi krisis. Dengan pendapatan yang
berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi dan pengakuan yang lebih besar.
Perselisihan yang meruncing ini menjadikan pertikaian.
Tahun 2000 dalam pengadilan
arbitrase, hakim memutuskan bahwa konsultan Andersen bisa memisahkan diri dan
bekerja secara efektif. Perusahaan konsultasi berubah namanya menjadi Accenture.
Pada Januari 2001, Andersen
mengangkat Joseph Berardino sebagai CEO
baru dalam auditing. Tugas pertamanya adalah melacak perusahaan yang lebih
kecil melalui sejumlah tuntutan hukum yang sudah ada. Andersen membayar amat
mahal untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun berikutnya, banyak perusahaan klien
Andersen meninjau ulang hubungannya dengan Andersen.
·
Keruntuhan Andersen
Dari permasalahan tersebut
menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu;
1.
BFA
Skandal Baptist Foundation of
Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar perusahaan amal nirlaba dalam
sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai auditornya. Mereka dianggap
menipu investor sebesar $570 juta.
BFA didirikan untuk menghimpun
dana dan mengelola gereja di Arizona. Lembaga ini bekerja seperti bank, membayar
bunga deposito yang digunakan sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real
estate. Ini merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa yang
dilakukan lembaga pembaptis lainnya.
Masalah dimulai ketika pasar real
estate mengalami penurunan, dan manajemen dituntut untuk menghasilkan
keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga menyembunyikan kerugian dari
investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti dengan harga tinggi kepada
entitas-entitas yang telah meminjam uang dari yayasan yang tak mungkin membayar
properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam dokumen pengadilan
apa yang disebut dengan skema Ponzi setelah kasus penipuan yang terkenal, pejabat yayasan
diduga mengambil uang dari investor baru untuk membayar investor yang sudah ada
untuk menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini
akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA
dan Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan
kebangkrutan pada tahun 1999.
Gugatan investor terhadap
Andersen menuduh perusahaan ini melakukan pemalsuan dan menyesatkan laporan
keuangan BFA. Dalam sebuah pernyataannya di tahun 2000, Andersen merespon rasa
simpatinya kepada BFA tetapi membela keakuratan dengan opininya tentang audit.
Namun setelah dua tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah
diperingatkan kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang
akhirnya perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan
pemegang saham pada tahun 2002.
2.
Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam
bermula dari kegagalan audit yang membuat kesalahan serius pada akuntansinya
yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari investor Sunbeam. Baik
dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh Sunbeam membesar-besarkan
penghasilan melalui strategi penipuan akuntansi, seperti pendapatan cookie jar ,
recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan dari periode
selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang
tidak benar melakukan transaksi bill-and-hold
, dimana yang menggembungkan
pesanan bulan depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa
meyatakan kembali laporan keuangan selama enam kuartal. SEC juga menuduh Arthur
Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada Pengadilan kepailitan AS
Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan kebangkrutan.
Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta. Andersen
setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan dan
tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar
dan kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.
3.
Waste Management
Andersen juga terlibat dalam
pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan mengenai pendapatan yang
berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan diajukan oleh SEC
atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun.
Menurut SEC, Waste Management
membayar jasa audit kepada Andersen, yang menyarankan bahwa bisa memperoleh
biaya tambahan melalui tugas khusus . Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek
akuntansi yang tidak tepat dan disajikan kepada Waste Management. Namun
pimpinan Waste Management menolak mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai
upaya menutupi penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan masa depan.
Hasilnya, Andersen harus membayar
$220 juta ke pemegang saham Waste Management dan $7 juta ke SEC. Andersen
dipaksa untuk melakukan perjanjian untuk tidak melakukan laporan palsu di masa
mendatang atau izin usahanya akan dicabut suatu
persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan Enron.
4.
Enron
Bulan Oktober 2001, SEC
mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu klien terbesar Andersen.
Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80% perusahaan minyak dan gas menjadi
kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian sebesar $586 juta.
Dalam sebulan, Enron bangkrut.
Departemen Kehakiman AS memulai
melakukan penyelidikan kriminal pada 2002 yang mendorong Andersen dan kliennya
runtuh. Perusahaan audit akhirnya mengakui telah menghancurkan dokumen yang
berkaitan dengan audit Enron yang menghambat putusan.
Atas kasus itu, Nancy Temple,
pengacara Andersen meminta perlindungan Amandemen Kelima yang dengan demikian
tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang menamainya sebagai bujukan koruptif yang
menyesatkan. Dia menginstruksikan David Duncan, supervisor Andersen dalam
pengawasan rekening Enron, untuk menghapus namanya dari memo yang bisa
memberatkannya.
Pada Juni 2005, pengadilan
memutuskan Andersen bersalah menghambat peradilan, yang menjadikannya
perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan setuju untuk menghentikan
auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan bisnisnya.
5.
Perusahaan
Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak
berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul ketika WorldCom, klien terbesar
Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar. Harga sahamnya kemudian
jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum yang mengirim
WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom dan bersikeras
bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah
memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena
gagal menemukan penyimpangan yang ada.
Selama kasus Enron dan WorldCOm
berlanjut, banyak perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan
akuntansi.
6.
Isu-isu Seputar Hukum dan Etika
Dalam Pengauditan Andersen yang Menyimpang
Dari kasus tersebut secara kasat
mata kasus tersebut terlihat sebuah tindakan malpraktik jika dilihat dari etika
bisnis dan profesi akuntan antara lain:
a.
Adanya
praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat dari
tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada
kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate
governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan perilaku
manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap kepercayaan yang
diberikan kepada perusahaan.
b. Adanya
penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron maupun
Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak
sehat. Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah
pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron
menjadi hancur berantakan. Bahkan CEO Enron saat menjelang kebangkrutannya
masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa Enron secara
berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen tidak mau
mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal tahun 2001
berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.
c. Arthur
Andersen, merupakan kantor akuntan publik yang tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis, dalam
kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan
dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak
kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan
pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal
Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan
kredibilitas Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap
profesionalisme sebagaia kuntan independen dengan melakukan tindakan
menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.
7.
Bukti Bahwa Budaya
Perusahaan Andersen Berkontribusi Terhadap Kejatuhan Perusahaan
Ada beberapa poin yang
membuktikan bahwa budaya perusahaan berkontribusi terhadap kejatuhan
perusahaan, diantaranya:
Pertumbuhan perusahaan dijadikan
prioritas utama dan menekankan pada perekrutran dan mempertahankan klien-klien
besar, namun mutu dan independensi audit dikorbankan.
Standar-standar profesi akuntansi
dan integritas yang menjadi contoh perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring
motivasi yang meraup keuntungan lebih besar Perusahaan terlalu fokus terhadap
pertumbuhan, sehingga tanpa sadar menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya
perusahaan.
Perubahan sikap lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi
yang memiliki pertumbuhan keuntungan yang lebih besar dan lebih tinggi
dibanding menyediakan layanan auditing yang obyektif yang merupakan dasar dari
awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Pada akhirnya ini
menggiring pada kehancuran perusahaan.
Andersen menjadi membatasi
pengawasan terhadap tim audit akibat kurangnya check and balances yang bisa
terlihat ketika tim audit telah menyimpang dari kebijakan semula.
Sikap Arthur Andersen yang
memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan,
sampai dengan munculnya panggilan pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen
tersebut sesuai kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap
melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya,
banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.
8.
Bagaimana UU Sarbanes-Oxiety Bisa
meminimalkan Kesalahan Auditor dan Penyimpangan Akuntansi
Akibat dari rentetan kasus itu,
pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi para
investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan yang
dilakukan perusahaan publik. Kegagalan ini menimbulkan krisis yang serius
terhadap kredibilitas akuntansi, pelaporan, dan proses tata kelola perusahaan
sehingga oleh politisi AS diciptakan kerangka kerja baru terhadap akuntabilitas
dan tata kelola perusahaan melalui Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk memulihkan
kepercayaan yang cukup dan untuk menjadikan pasar modal kembali berfungsi
normal.
Undang-Undang Sarbanes-Oxiety
bisa menetapkan pedoman dan arah baru untuk perusahaan dan bisa untuk
pertanggungjawaban kepada divisi akuntansi. Dengan adanya tindakan ini , bisa
untuk memerangi penipuan sekuritas dan akuntansi. Dan untuk menekankan kepada
independensi dan kualitas, membatasi kemampuan perusahaan untuk menyediakan
keduanya yaitu non-audit dan jasa untuk klien yang sama dan memerlukan tinjauan
berkala audit perusahaan, agar hasilnya bisa memuaskan.
Beberapa perubahan yang
ditentukan dalam SOX memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
Ø Untuk menjamin
independensi auditor. Kantor Akuntan Publik dilarang memberikan jasa non-audit
kepada perusahaan yang diaudit.
Ø Membutuhkan
persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan audit. Setiap
perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas, yaitu
jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.
Ø Melarang Kantor
Akuntan Publik memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan
jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
Ø Kantor Akuntan
Publik harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan
kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif perlakukan-perlakuan
akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan manajemen
perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.
Ø KAP dilarang
memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,controller klien
sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebumtsetahun
sebelumnya.
Berkaitan dengan pemusnahan
dokumen, SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat menghalangi
investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan bangkrut.
Selain itu, kini CEO dan CFO
harus membuat surat pernyataan bahwa laporan keuangan yang mereka laporkan
adalah sesuai dengan peraturan SEC dan semua informasi yang dilaporkan adalah
wajar dan tidak ada kesalahan material.
Sebagai tambahan, menjadi semakin
banyak ancaman pidana bagi mereka yang melakukan pelanggaran ini.
Sumber:
http://www.scribd.com/doc/71284415/Contoh-Kasus-Pelanggaran-Kode-Etik-Akuntansi
No comments:
Post a Comment